instrumen kal ho na ho

Jumat, 20 Desember 2013

sejarah dan perkembangan hermeneutika

BAB I
Definisi, ruang lingkup dan sejarah singkat perkembangan hermeneutika
A.     Definisi dan ruang lingkup hermeneutika
Secara etimologis,kata hermeneutika diambil dari bahasa yunani, yakni hermeneuein, yang berarti menjelaskan.
Sebagai sebuah istilah, kata tersebut diefinisikan secara beragam dan bertingkat.
·        Hans-Georg Gadamer
sebelum digunakan sebagai disiplin keilmuan istilah tersebut me-refer (merujuk) pada practice/techne (sebuah aktifitas ) penafsiran dan pemahaman.
·        Friedrich Schleiermacher
“seni memahami secara benar bahasa orang lain, khususnya bahasa tulis”
Selain sebagai seni, hermeneutika pada masa modern, Gadamer mengartikan sebagai art of exegesis (seni menafsirkan), melainkan lebih dari itu sebagai disiplin yang membahas asek-aspek metodis yang secara teoritis dapat menjustifikasi aktivitas penafsiran.
·        Franz-Peter Burkard
Seni menafsirkan teks, dan dalam arti yang lebih luas hermeneutika adalah refleksi teoritis tentang metode-metode dan syarat-syarat pemahamman.
Meskipun para ahli memberikan definisi hermeneutika yang agak berbeda-beda, namun mereka sepakat bahwa hermeneutika
Ø  Dalam arti sempit, hermeneutika membahas metode-metode yang tepat untuk memahami dan menafsirkan hal-hal yang perlu ditafsirkan.
Ø  Dalam arti luas, hermeneutika adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas hakekat, metode, dan syarat serta persyaratan penafsiran.
B.     Sejarah perkembangan hermeneutika
1.      Hermeneutika teks mitos
Sebagai embrio, hermeneutika telah sisinggung dalam filsafat yunani kuno. Obyek penafsiran pada saat itu teks-teks kanonik (telah dibukukan), baik berupa kitab suci, hukum, puisi, maupun mitos.
Pembedaan antara maknah hakiki (literat) dan makna majazi (allegoris) pertama kali dilakukan oleh Homer dan Mhesiod. Menguak ‘makna terdalam di balik kata-kata’ (hintersinn; untersinn) adalah suatu tugas hermeneutis yang mereka lakukan.
2.      Hermeneutika teks kitab suci
Penafsiran allegoris kemudian dikembangkan terutama oleh para filosof Stoa dan dipraktekan oleh para teolog masa patristik, seperti Philo von Alexanderien, dia dikenal dengan “Vater der Allegorese” (Bapak penafsiran allegoris).
Namun, yang perlu dicatat adalah bahwa kriteria penafsiran pada pertengahan (Mittelalter) masih terikat dengan tradisi dogmatik kristen.
3.      Hermeneutika umum (allgemeine hermeneutik)
Pada masa modern hermeneutika tidak hanya terikat dengan teks-teks kanonik saja, melainkan juga terkait dengan segalahal yang bisa ditafsirkan. Jadi, hal ini menyangkut seluruh bidang ilmu sosial. Inilah yang disebut dengan allgemeine (atau,universale) hermeneutik atau hermeneutica generalis.
BAB II
Ragam dan aliran hermeneutika (umum) modern
Di atas kita telah mengenal sekilas tentang sejarah hermeneutika dan keberagaman pemikiran dalam bidang ini. ini membuktikan hakekat dan metode pemahaman/ penafsiran tidak monoistik (satu warna), melainkan pluralistik (beragam).
Ketika pemikiran seseorang mendapat perhatian dan resepsi dari pihak lain, maka saat itu ia menjadi suatu aliran/ mazhab tertentu. Munculnya satu aliran seringkali merupakan tanggapan kritis atau pengembangan dari aliran yang ada sebelumnya.
Meskipun beragam, dari segi pemaknaan terhadap obyek penafsiran aliran hermeneutika dapat dibagi ke dalam tiga aliran, yaitu :
1.      Aliran Obyektivis :
Aliran yang lebih menekankan pada pencarian makna asal dari obyek penafsiran ( teks tertulis, teks diucapkan, prilaku, simbol-simbol kehidupan, dll.). jadi, penafsiran adalah upaya merekonstruksi apa yang dimaksud oleh pencipta teks.
2.      Aliran Subyektivis :
Aliran yang lebih menekankan pada peran pembaca/ penafsir dalam pemaknaan terhadap teks.
3.      Aliran antara Obyektivis dan Subyektivis :
Memberi keseimbangan pencarian makna asal teks dan peran pembaca dalam penafsiran.
BAB III
Relevansi hermeneutiks dalam pengembangan ilmu tafsir/ulumul qur’an
A.     Integrasi ilmu dalam tradisi dan khazanah islam
Integrasi ilmu islam dengan ilmu “sekular” telah dilakukan dari masa ke masa. Seperti mu’tazilah mengabungkan teologi islam dengan filsafat yunani. Fakhr al-din al-razi, seorang mufasir klasik, memasukan temuan-temuan ilmiah pada masanya ke dalam kitab tafsirnya Mafatih al-Ghayb untuk menunjukan kemukjizatan al-Qur’an dalam bidang sains.
Ini menunjukan pemikir-pemikir tersebut memandangan pentingnya perpaduan untuk menyempurnakan disiplin Ilmu keislaman.
B.     Argumentasi visibilitas hermeneutika untuk diintergrasikan ke dalam ilmu tafsir
Ide-ide hermeneutik dapat diaplikasikan ke dalam ilmu tafsir, bahkan dapat memperkuat metode penafsiran Al-Qur’an. asumsi ini berdasarkan agrumentasi sebagai berikut :
1.      Secara terminologi, hermeneutika dan ilmu tafsir, keduanya mengajarkan memahami dan menafsirkan teks secara benar dan cermat.
2.      Salah satu ruang lingkup dan obyek pembahasan hermeneutika ialah bahasa dan teks, sementara ilmu tafsir hanya berkaitan dengan teks, obyek inilah yang menyatukanya.
3.      Al-Qur’an dan Bibel sama-sama pesan ilahi berupa bahasa manusia yang bisa diteliti dengan Hermeneutika dan Ilmu Tafsir
C.     Kemiripan aliran hermeneutika umum dan tipologi pemikiran tafsir kontemporer
1.      Pandangan quasi-obyektivis tradisional
Suatu pandangan bahwa Al-Qur’an harus dipahami, ditafsirkan dan diaplikasikan pada masa kini.
2.      Pandangan quasi-obyektivis modernis
Pandangan ini memiliki kesamaan dengan pandangan quasi-obyektivis tradisional, kewajiban mengali makna asal dengan ilmu lain seperti informasi sejarah makro dunia arab saat wahyu diturunkan,  teori ilmu bahasa, sastra modern dan hermeneutika.
3.      Pandangan subyektivis
Setiap penafsiran sepenuhnya merupakan subyektifitas penafsiran, dan karena itu kebenaran interpretatif  bersifat relatif. Atas dasar ini setiap generasi mempunyai hak untuk menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman saat Al-Qur’an ditafsirkan.
D.     Dignikansi hermeneutika bagi pengembangan ilmu tafsir/ta’wil
1.      Signifikan hermeneutika Gracia dalam studi dan penafsiran al-Qur’an
a.       Membangun Ulumul Qur’an/Ilmu Tafsir yang Sophisticated dan filosofis
Ulumul Qur’an bukan hanya aspek pedagogis dalam bidang penafsiran Al-Qur’an namun juga di bubuhi penjelasan filosofis, seperti karya al-Ghazali (Qaunun al-Ta’wil)
·        Membuat definisi tafsir lebih Sophisticated
Tiga aktivitas penting dalam penafsiran al-Qur’an:
1.      Memahami
2.      Menjelaskan
3.      Mengeluarkan
Pada dasarnya aktivitas penafsiran perlu dikembangkan lebih Sophisticated
b.      Memperkuat etika dalam penafsiran
Kita tidak boleh mengklaim paling benar, karena dalam penafsiran terdapat banyak penghalang untuk sampai pada kebenaran eksegenetiktunggal.
2.      Elaborasi kesesuaian hermeneutika Gadamer dengan aspek-aspek ulumul qur’an
a.       Teori kesadaran sejarah dan teori prapemahan dan kehati-hatian dala menafsirkan teks al-Qur’an
Seorang penafsir harus berhati-hati dalam menafsirkan teks dan tidak menafsirkan sesuai kehendaknya tetapi semata-mata berasal dari prapemahamman yang telah terpengaruh oleh sejarah.
b.      Teori fusion of horizon dan dirasat ma hawla al-nashsh
Dalam penafsiran terdapat dua horizon yang harus diperhatikan  dan diasimilasikan, yakni horizon teks dan horizon penafsiran.
c.       Teori aplikasi (Anwendung) dan interpretasi Ma’na-cum-maghza
Setelah penafsir menemukan makna teks setelah teks tersebut muncul, dia lalu melakukan pengembangan penafsiran dengan tetap memperhatikan kesinambungan ‘makna baru’ dengan makna asal sebuah teks.
Buku ini sangat menginspirasi bagi setiap pembacanya untuk mengembangkan ilmu agama khususnya ulumul qur’an dengan ilmu pengetahuan lain yang dapat menerima dan menanggapi suatu keilmuan yang berkembang.
Di sisilain buku ini harus memberikan gambaran tentang batasan-batasan tertentu agar pengembangan ulumul qur’an khususnya ilmu tafsir tidak melenceng dari makna asal.
Buku ini sangat baik dibaca untuk para pemikir khususnya pemikir islam agar dapat mengembangkan ilmu agamanya dengan ilmu-ilmu pengetahuan lain.
 
 
di kutidari  http://sukauin.blogspot.com/2012/11/hermeneutika.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar