instrumen kal ho na ho

Minggu, 29 Desember 2013

SOSIOLOGI

A.    OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI
Sasaran langsung atau objek material sosiologi agama ialah masyarakat agama. Masyarakat agama adalah suatu persekutuan hidup baik dalam lingkungan sempit atau luas yang unsur konstitutif utamanya adalah agama atau nilai-nilai keagamaaan.
1.      Objek Material ( langsung)
Menurut Keith A. Roberts, sasaran (objek) kajian sosiologi agama adalah memfokuskan kajian pada :
a)      Kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan, yang meliputi pembentukannya, kegiatan demi kelangsungan hidupnya, pemeliharaannya dan pembaharuannya
b)      Perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut atau proses sosial yang mempengaruhi status keagamaan dan perilaku ritual
c)      Konflik antar kelompok, misalnya Katolik lawan Protestan, Kristen dengan Islam dan sebagainya. Bagi sosiolog, kepercayaan hanyalah salah satu bagian kecil dari aspek agama yang menjadi perhatiannya.

2.      Objek Formal (pendekatan)
Yang hendak dicari dalam fenomena agama itu adalah dimensi sosiologisnya. Sampai seberapa jauh agama dan nilai-nilai keagamaan memainkan peranan dan berpengaruh atas eksistensi dan operasi masyarakat manusia. Lebih konkrit misalnya, seberapa jauh unsure kepercayaan mempengaruhi pembentukkan kepribadian pemeluk-pemeluknya, ikut menciptakan jenis-jenis kebudayaan, mewarnai dasar dan haluan Negara, memainkan peranan dalam memunculkan strata sosial. Jadi hal-hal tersebut dalam contoh di atas  yang berkaitan erat dengan masalah agama, Sosiologi Agama menyorotinya dari sudut pandang sosiologis.




B.     PRINSIP SOSIOLOGI AGAMA


Prinsip sosiologi ditandai dengan 2 prinsip dasar, yaitu: percaya kepada dataempiris dan objektivitas. Data empiris merupakan data yang ditemukan atau disimpulkan berdasarkan dari sebuah eksperimen atau penelitian. Jadi untuk mendapatkan data yang empiris, seorang sosiolog agama akan melakukan suatu analisis tentang sosiologi terhadap agama atas dasar pemahaman sistem fisiologis organisme, sistm kepribadian individu, sistem sosial kelompok, serta sistem budaya.

Dalam prinsip objektivitas, bukan berarti bahwa sosiolog mengklaim bahwa tidak bisa salah, atau bisa mencapai kebenaran umum, sebab tidak ada satu disiplin ilmu pun yang berhak menyatakan dirinya maha tahu atau paling benar. Objektivitas berarti sosiolog berusaha mencegah kepercayaan agama pribadi masuk ke dalam bidang studinya. Ilmuan sosial harus sepenuh hati untuk mencari kebenaran. sebagai warga Negara sosiolog mempunyai kepentingan dan preferensi nasional namun mereka harus terbuka terhadap data dan menghindarkan diri dari prejudgment (mengambil keputusan sebelum membuktikan kebenarannya) terhadap suatu kelompok atau proses keagamaan tertentu. Seorang sosiolog boleh tidak setuju dengan pandangan suatu kelompok yang sedang diteliti, tetapi harus berusaha untuk mengerti kelompok itu atas dasar penelitiannya menghindarkan bias dalam interpretasi proses-proses kelompok itu



C.    FUNGSI SOSIOLOGI AGAMA
Menurut pandangan Durkheim, fungsi sosiologi agama adalah mendukung dan melestraikan masyarakat yang sudah ada. Djamari berpendapat bahwa ada 2 implikasi sosiologi agama bagi agama, yaitu:
  1. Menambah pengertian tentang hakikat fenomena agama di beragai kelompok masyarakat, maupun pada tingkat individu;
  2. Suatu kritik sosiologis tentang peran agama dalam mayarakat dapat membantu kita untuk menentukan masalah teologi yang mana yang paling berguna bagi masyarakat, baik dalam arti sekuler maupun religious.
Dengan cara ini, sosiologi agama memberikan sumbangan kepada dialog kegamaan di dalam masyarakat. Semua pelopor sosiologi Eropa, seperti Karl Marx, Weber, Durkheim, serta Simmel berpendapat bahwa untuk mengerti masyarakat modern, seseorang harus mengerti peran penting agama dalam masyarakat.

Sosiologi agama memberikan kontribusi yang tidak kecil lagi bagi instansi keagamaan. Sebagai sosiologi positif ia telah membuktikan daya gunanya dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan yang muncul dalam masyarakat serta menunjukkan cara-cara ilmiah untuk perbaikan dan pengembangan masyarakat, demikian juga sosiologi agama bermaksud membantu para pemimpin agama dalam mengatasi masalah-masalah sosio-religius yang tidak kalah beratnya dengan masalah-masalah sosial nonkeagamaan, memberikan pengetahuan tentang pola-pola interkasi sosial keberagamaan yang terjadi dalam masyarakat, membantu kita untuk mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan dan perilaku keberagamaan kita dalam kehidupan bermasyarakat, dengan bantuan sosiologi agama, kita akan semakin memahami nilai-nilai, norma, tradisi  dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat lain serta memahami perbedaan yang ada. Tanpa hal itu, mejadi alasan untuk timbulnya konflik di antara umat beragama, membuat kita lebih tanggap, kritis dan rasional untuk mengahadapi gejala-gejala sosial keberagamaan masyarakat, serta kita dapat mengambil tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita  hadapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar